Sabtu, 23 Februari 2008

RUSUN FOR THE POOR

Mengatasi permukiman kumuh. Rusun jawabannya. Setidaknya hal tersebut disetujui oleh pemerintah kita. Tahun 2005 Wakil Presiden Yusuf Kalla datang dengan program membangun seribu rumah susun. Idenya adalah memberi rakyat rumah yang murah di kawasan terintegrasi. Areal tidak besar karena dibangun menara dengan tinggi 21 lantai. 1 menara 600 rumah. seribu menara 600.000 unit. Akan tetapi gagasan ini kurang sukses. Lalu presiden SBY datang kembali mengajak semua lembaga yang kompeten. Hal ini juga gagal.

Tak disangka pihak swasta seperti Agung Podomoro melihat peluang dalam program ini dan segera membangun 14 menara rusun sederhana. Menara setinggi 22 lantai seluruhnya berjumlah 6000 unit. Sebagian terdiri dari rusun 2 kamar (sekitar Rp 144 juta) dan rusun 1 kamar (Rp 90 juta). Arsitek berpengalaman digunakan dalam merancang rusun ini sehingga warga yang tinggal didalamnya merasa nyaman. Sumur resapan, areal hijau tanaman dan lansekap diperhatikan agar sentra hunian layak dihuni. Pemilihan lokasi yang jatuh pada Kelapa Gading memecahkan asumsi bahwa hanya orang kaya yang tinggal disana, sehingga tercipta harmoni pada semua golongan ekonomi. Rusun tersebut juga diperuntukkan untuk warga yang tinggal di kota satelit dan bekerja di Jakarta sehingga 60 % dari gaji tidak habis untuk transport.
Akan tetapi dalam kenyataannya apakah rusun tersebut memenuhi target pertama yaitu orang miskin? Suatu hari sejumlah karyawan di sebuah kantor swasta di wilayah Jakarta Selatan berkumpul untuk membicarakan rencana mereka untuk membeli rusun yang ditawarkan sebagai rumah kedua, dijual kembali dengan harga berkali-kali lipat, atau disewakan. Lalu bagaimana dengan fasilitas subsidi? Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No 7 Tahun 2007 terdapat 3 kelompok sasaran penerima subsidi dari pemerintah.

1. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan penghasilan Rp 3,5 juta - Rp 4,5 juta perbulan harga max rusun Rp 144 juta perunit.
2. MBR penghasilan Rp 2,5 juta - Rp 3,5 juta perbulan dengan harga max Rp 110 juta perunit.
3. MBR penghasilan Rp 1,2 juta - Rp 2,5 juta perbulan dengan harga max Rp 75 juta perunit.

Subsidi selisih bunga dari BTN max 2,5% selama 4 tahun MBR klmpk 1, 3,5% selama 6 tahun untuk kel 2 dan 5% selama 8 tahun utk MBR kel 3.

MBR kel 1 juga mendapat bantuan uang muka Rp 5 juta. MBR kel 2 bantuan uang muka Rp 6 juta dan MBR kel 3 bantuan uang muka Rp 7 juta. Plus subsidi bebas pajak pertambahan nilai (PPN) nilai 5-7,5 % melalui KPA (Kredit Pemilihan Apartemen) di BTN.

Dan apabila semua itu dibayar tunai konsumen malah sama sekali tidak mendapat semua subsidi tersebut. Akan tetapi jelas hal tersebut tidak akan dipersoalkan oleh pengembang karena rusun yang akan dibangun di daerah Cawang seluas 5 hektar sudah terjual habis. Hal tersebut bisa dikarenakan besarnya selisih harga antar rusun dan apartemen. Apartemen dijual sekitar Rp 300 juta- Rp 400 juta perunit sedangkan rusun paling mahal Rp 144 juta. Dan kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia Teguh Satria yang penting bisa membangun rusun sebanyak-banyaknya. Menteri Negara Perumahan Rakyat telah menargetkan pembangunan 52 menara rusun yg akan dibangun di Pulo Gebang (10 menara), Cawang, Cipayaung dan Klender (14 menara), di Marunda (14 menara), dan Pulo Gadung (14 menara). Dari semua itu ditargetkan sekitar 15.000 unit rusun.

OK semua diserahkan kepada masyarakat Indonesia. Siapa cepat dia dapat.

Based from kompas-properti-24januari2008

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ditunggu diskusinya tentang perumahan (vertikal) untuk MBR ya..
check us out at http://hrcjogja.wordpress.com